Tugas Prekonomian Ke 2


PEREKONOMIAN INDONESIA
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN



Disusun Oleh:
Aini Zulfah

Kelas:
1EB16

NPM:
20217369


UNIVERSITAS GUNADARMA
2017/2018






1.      Konsep dan pengertian kemiskinan

Ø  Kemiskinan
Secara etimologis, “kemiskinan” berasal dari kata “miskin” yang artinya tidak berharta benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Badan Pusat Statistik mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidak mampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Namun kemiskinan identik dengan ketidakmampuan sekelompok masyarakat yang terhadap sistem yang diterapkan oleh suatu pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitas(kemiskinan struktural).
Ø  Konsep kemiskinan
Konsep Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah masyarakat. Kemiskinan sebagai fenomena sosial yang telah lama ada, berkembang sejalan dengan peradaban manusia. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga seringkali makin tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki potensi tinggi. Substansi kemiskinan adalah kondisi deprevasi tehadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar yang berupa sandang, pangan, papan, dan pendidikan dasar (Sudibyo, 1995:11).
Konsep kemiskinan dibagi menjadi dua konsep yaitu konsep absolut dan konsep relatif. Konsep absolut bertumpu pada tingkat/batas kondisi ekonomi tertentu. Biasanya berpatokan pada angka misalnya penghasilan minimal 1 juta/bulan. Jadi mereka yang berpenghasilan dibawah 1juta/bulan juga dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup minimal seperti pangan, sandang dan papan.
Mereka disebut hidup dibawah garis kemiskinan. Konsep Kemiskinan relatif  karena paling banyak penderitanya. Dia tidak mewakili konsep kemiskinan absolut yang didasarkan pada penilaian kondisi ekonomi namun berdasarkan ukuran relatif terhadap suatu gaya hidup yang dibentuk sebagian masyarakat.Singkatnya kemiskinan relatif secara mematikan menghinggapi mereka tak bisa memenuhi ekonomi sesuai standar gaya hidup yang dipraktekan sekelompok orang.

2.      Gris kemiskinan
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi kemiskinan.



Contoh Garis Kemiskinan
Sumber: BPS (2016, diolah)
Rata-Rata Garis Kemiskinan Daerah
Sumber: BPS (2016, diolah)


3.      Penyebab dan dampak kemiskinan

Ø  Penyebab

1.      Tingkat Pendidikan Yang Rendah : Factor pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang mana jika tidak terpenuhi akan menjadi bom waktu yang menyebabkan seseorang kurang mempunyai ketrampilan tertetu yang diperlukan dalam kehidupannya yang berakibat pada keterbatasan kemampuan untuk memasuki dunia kerja.
2.      Faktor Malas bekerja : Hal ini merupakan penyakit yang sering sekali menjangkiti seseorang untuk maju dan merubah nasibnya, banyak beranggapan bahwa nasib dan takdir dalam kemiskinanadalah sebuah jalan hidup sehingga menyebabkan seseorang acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.

3.      Terbatasnya Lapangan Kerja : Ketidakstabilan ekonomi dan ketidakpastian arah politik dan kebijakan sebuah Negaramaupun wilayah akan langsung membawa konsekusensi keterbatasan lapangan kerja yang berdampak langsung dalam mendorong terjadinya kemiskinan.

4.      Keterbatasan Modal : Sebuah idiom klasik ketika memutuskan untuk merubah taraf hidup untuk lebih baik, tidak memiiki modal dalam rangka menerapkan ketrampilan yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu.

5.      Beban Keluarga : Merupakan permasalahan yang sangat serius ketika banyaknya jumlah anggota keluargatidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan yang akan menimbulkan kemiskinan, karena se-iring banyaknya anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan dan beban hidup yang harus dipenuhi.

Ø  Dampak Kemiskinan
Kemiskianan memberikan dampak yang luas terhadap kehidupan, yang mana kemiskinan tak hanya sebagai beban pribadi tetapi juga menjadi beban masyarakat, Negara dan dunia utuk mengentaskannya. Kemiskinan yang mendera pada seseorang dapat berdampak sangat serius terhadap kehidupan keluarganya, antara lain : perkembangan kehidupan anakpenyakit social, kerusahan, ketidakteraturan akan aturan tata tertib.

4.      Pertumbuhan, kesenjangan dan kemiskinan

Ø  Pertumbuhan
salah satu penyebab utama rendahnya kualitas pertumbuhan adalah korupsi. Praktik-praktik korupsi di segala lini kehidupan menyebabkan investasi terhambat. Pengusaha membutuhkan dana lebih besar untuk menjalankan usahanya.Di masa Orde Baru yang kita yakini tingkat korupsinya sangat parah, pengusaha masih bisa meraup laba karena persaingan dari luar negeri dibatasi dengan berbagai bentuk perlindungan.Korupsi juga menyebabkan kualitas infrastruktur rendah. Penggelembungan nilai proyek dan pemotongan standar baku yang dipersyaratkan dalam kontrak membuat kualitas bangunan sangat buruk sehingga cepat rusak.
Selanjutnya, pertumbuhan yang tidak berkualitas akan membuat hampir separuh penduduk rentan terhadap gejolak ekonomi. Sedikit saja harga-harga pangan naik membuat penduduk yang nyaris miskin jadi benar-benar miskin, tak lagi mampu menopang kebutuhan hidup minimumnya: 2.100 kalori per kapita sehari ditambah dengan pendidikan dasar dan kesehatan dasar.Kalau sekadar mengurangi kemiskinan, pemerintah bisa saja memberikan bantuan langsung tunai, pelayanan kesehatan, dan pendidikan dasar gratis. Namun, mengisi kemerdekaan tak cukup sampai di situ. Yang harus dilakukan adalah memerangi kemiskinan, membongkar akar-akar kemiskinan.


Ø  Kesenjangan
Kesenjangan adalah adanya jarak yang cukup jauh antara 2 karakter atau keberadaan oranng yang berbeda baik dari sector ekonomi,social,dan lain sebagainya. Dari sisi ekonomi masyarakat, terdapat kesenjangan yang mencolok antara yang kaya dengan yang miskin. Orang kaya jumlahnya makin banyak dan kekayaannya makin banyak pula. Tak mau kalah, jumlah orang miskin pun makin membengkak.
Dari sisi pendidikan pun terdapat kesenjangan, baik antarsekolah, maupun antara prestasi individual dan kondisi pendidikan secara umum. Lihat saja sekolah yang ambruk dengan sekolah yang megah. Tentu di sekolah yang reot itu tidak tersedia perangkat pendidikan yang memadai. Jangankan komputer, buku saja terbatas.

Ø  Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

5.      Beberapa indikator kesenjangan dan kemiskinan

Ø  Indikator Kesenjangan :
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat ukur, yaitu :
a.       The Generalized Entropy(GE)             
b.      Ukuran Atkinson
c.       Koefisien Gini.
Yang paling sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai koefisien gini berada pada selang 0-1.
·         Bila 0 : kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama daripendapatan.
·         Bila 1 : ketidak merataan yang sempurna dalam pembagian pendapatan.

Ide dasar dari perhitungan koefisien gini berasal dari Kurva Lorenz. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketida kmerataan distribusi pendapatan.
·         Ketimpangan dikatakan sangat tinggi apabilai nilai koefisien gini berkisar antara 0,71-1,0.
·         Ketimpangan dikatakan tinggi dengan nilai koefisien gini 0,5-0,7.
·         Ketimpangan dikatakan sedang dengan nilai koefisien gini antara 0,36-0,49.
·         Ketimpangan dikatakan rendah dengan nilai koefisien gini antara 0,2-0,35.

Selain alat ukur diatas, cara pengukuran lainnya yang juga umum digunakan, terutama oleh Bank Dunia adalah dengan cara jumlah penduduk dikelompokkan menjadi tiga grup :
1.      40% penduduk dengan pendapatan rendah,
2.      40% penduduk dengan pendapatan menengah,
3.      20% penduduk dengan pendapatan tinggi dari jumlah penduduk.
Selanjutnya, ketidakmerataan pendapatan diukur berdasarkan pendapatan yang dinikmati oleh 40% penduduk dengan pendapatan rendah.

Menurut kriteria Bank Dunia, tingkat ketidakmerataan dalam distribusi yaitu :
·         Pendapatan dinyatakan tinggi, apabila 40% penduduk dari kelompok berpendapatan rendah menerima lebih kecil dari 12% dari jumlah pendapatan.
·         Tingkat ketidakmerataan sedang, apabila kelompok tersebut menerima 12% sampai 17% dari jumlah pendapatan.
·         Ketidak merataan rendah, apabila kelompok tersebut menerima lebih besar dari 17% dari jumlah pendapatan.

Ø  Indikator Kemiskinan :
Karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup batas garis kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 1994). Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa.

BPS menggunakan 2 macam pendekatan, yaitu :
a)      Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach)
Basic Needs Appoarch merupakan pendekatan yang sering digunakan. Dalam metode BPS, kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
b)      Pendekatan Head Count Index
Head Count Index merupakan ukuran yang menggunakan kemiskinan absolut. Jumlah penduduk miskin adalah jumlah penduduk yang berada di bawah batas yang disebut garis kemiskinan, yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan non makanan. Dengan demikian, garis kemiskinan terdiri dari 2 komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (food line) dan garis kemiskinan non makanan (nonfoodline).
                  Ide dasar dari perhitungan koefisien ini berasal dari Kurva Lorenz. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketida kmerataan distribusi pendapatan


6.      Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang besar meskipun dalam beberapa tahun terakhir angka resmi menunjukkan tren yang menurun sedikit demi sedikit. Dikarenakan daerah pedesaan yang padat di Jawa, Bali, Lombok, dan sebagian Sumatera, kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam kemiskinan pedesaan dan perkotaan. Kemiskinan perkotaan lazim tidak hanya di Jabodetabek, tetapi juga di Medan dan Surabaya.
Sebagai kepulauan yang luas, karakteristik dan implikasi kemiskinan sangat bervariasi dari pulau ke pulau dan budaya ke budaya. Papua memiliki masalah kemiskinan yang serius tersendiri karena isolasi ekonomi, budaya, bahasa dan fisik yang membedakannya dari wilayah lain di Indonesia.
Kemiskinan harus diakui memang terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai negara bangsa, bahkan hampir seluruh energi dihabiskan hanya untuk mengurus persoalan kemiskinan.Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah, mengapa masalah kemiskinan seakan tak pernah habis, sehingga di negara ini, rasanya tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan memperbaiki kehidupan, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.
      Kemiskinan menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja demi keselamatan hidup, kemiskinan menyebabkan banyak orang melakukan prilaku menyimpang, harga diri diperjual belikan hanya untuk mendapatkan makan      kemiskinan juga dapat meningkatkan angka kriminalitas, karna mereka akan rela melakukan apa saja untuk dapat mempertahankan hidupnya, baik itu mencuri, membunuh, mencopet, bahkan jika ada hal yang lebih keji dari itu ia akan tega dan berani melakukannya demi hidupnya.

7.      Faktor-faktor penyebab kemiskinan

a)    Tingkat pendidikan yang rendah
b)    Produktivitas tenaga kerja rendah
c)    Tingkat upah yang rendah
d)   Distribusi pendapatan yang tidak seimbang
e)    Kesempatan kerja yang sedikitKwalitas sumber daya manusia masih rendah
f)     Penggunaan teknologi masih kurang
g)    Etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah
h)    Kultur/budaya (tradisi)
i)      Politik yang belum stabil


8.      Kebijakan anti kemisikin

Ø  Ada 3 (tiga) pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni:
1)    Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pro kemiskinan
2)    Pemerintahan yang baik (good governance)
3)    Pembangunan social

Untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi kemiskinan diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan perantaranya dapat dibagi menurut waktu, yaitu :
1)      Intervensi jangka pendek, berupa :
·         Pembangunan/penguatan sektor usaha Kerjsama regional
·         Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
·          Desentralisasi
·         Pendidikan dan kesehatan
·         Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
·         Pembagian tanah pertanian yang merat
2)      Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan
3)       Manajemen lingkungan dan SDA
4)      Pembangunan transportasi, komunikasi, energi dan keuangan
5)      Peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam pembangunan
6)      Peningkatan proteksi sosial (termasuk pembangunan sistem jaminan sosial)

Salah satu contoh kebijakan Anti Kemiskinan pemerintah:

PAKET INSENTIF 1 OKTOBER 2005
 Paket Insentif 1 Oktober 2005 merupakan bagian integral dan implementasi serta tindak lanjut dari Paket Kebijakan 31 Agustus 2005 yang telah disampaikan oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Paket ini juga didisain dalam kerangka reformasi ekonomi untuk memperkuat fondasi perekonomian dan mempertahankan momentum percepatan laju pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan daya saing dan menggairahkan investasi dalam rangka penciptaan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan.


Contoh kasus kemiskinan

KASUS TASRIPIN CONTOH NYATA KEMISKINAN STRUKTURA

JUM’AT, 19 APRIL 2013 | 05:15 WIB



Tasripin bersama tiga adiknya menunggu kedatangan ayahnya di Hotel Wisata Niaga Purwokerto (18/4). Saat ini rumah Tasripin sedang direnovasi oleh TNI AD. Tempo/Aris Andrianto
TEMPO.CO JakartaPurwokerto – Kejadian yang dialami oleh Tasripin dinilai hanya merupakan puncak gunung es kemiskinan yang ada di Banyumas. Tasripin merupakan korban kemiskinan struktural. “Masih banyak Tasripin lain di Banyumas,” kata Sosiolog Unsoed, Sulyana Dadan, Kamis (18/4).
Ia mengatakan, fenomena Tasripin berhasil diangkat oleh media massa sehingga menjadi perhatian publik. Tak kurang Presiden SBY ikut memantau kasus ini melalui jejaring sosial Twitter. Tasripin, 12 tahun, dari Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, harus menghidupi ketiga adiknya. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya bekerja di Kalimantan.
Dadan menambahkan, munculnya fenomena Tasripin merupakan bentuk keterlambatan Pemerintah Banyumas dalam menangangi masalah ini. “Logika menunggu laporan dari bawah ini sangat Orde Baru sekali, harusnya pemerintah cepat tanggap untuk segera turun ke bawah,” katanya 
Masih menurut Dadan, semangat solidaritas masyarakat masih tinggi dengan banyaknya bantuan yang datang untuk Tasripin. “Dalam sudut pandang sosiologis, ada dua macam solidaritas yang muncul, yakni solidaritas organik dan solidaritas mekanik,” ujarnya. Ia mengatakan, dalam kajian sosiologis, solidaritas mekanik mengacu pada masyarakat desa yang sebenarnya memiliki kesadaran yang tinggi terhadap sesama. Dengan solidaritas itu, kata dia, Tasripin dan ketiga adiknya akan tetap bisa hidup karena kesadaran kolektif masyarakat desa yang tinggi.
Sementara solidaritas organik, kata dia, muncul dalam masyarakat perkotaan. “Jika Tasripin tinggal di kota, maka ia akan menjadi gelandangan,” kata dia menambahkan.
Saat ini Tasripin dan ketiga adiknya menginap di hotel di Purwokerto. Mereka menginap di hotel karena rumah mereka sedang direnovasi oleh tentara. “Kuswito (Ayah Tasripin) baru sampai di Surabaya pada pukul 01.00 dini hari, kemungkinan besok akan sampai di Purwokerto,” kata Nasihati, 43 tahun, keluarga dekat Tasripin.
Tasripin bersama adiknya mengaku betah senang tinggal di hotel karena kasurnya empuk. “Tapi sudah pengin pulang ke rumah,” kata Tasripin.
Contoh kesenjangan
Rentetan kasus penembakan di Papua tidak sepenuhnya kesalahan Polri semata. Sebab konflik Papua semakin melebar akibat sikap pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tidak tegas dan tidak serius dalam menuntaskan akar masalahnya.
“Akar masalahnya adalah kesenjangan sosial, ekonomi, yang berimbas terhadap kecemburuan sosial,” ucap Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane kepada tribunnews.com, Selasa (12/6/2012).
Jelas Neta, faktor tersebut kemudian dipolitisasi orang-orang tertentu, termasuk potensi-potensi asing yang hendak memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam situasi yang kian panas ini, Polri cenderung lengah.
“Intelijen Polri di Papua tidak maksimal memetakan potensi dan ancaman gangguan Kamtibmas, sehingga polisi tidak mampu melakukan deteksi dini dan antisipasi. Ketika terjadi konflik atau penembakan, polisi pun tidak berdaya dan tidak siap menghadapinya,” papar Neta.
Lanjut Neta, ironisnya konflik dan teror penembakan terus terjadi serta terbiarkan. Untuk itu Kapolri perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap para pimpinan di Polda Papua untuk kemudian menempatkan kader-kader terbaik Polri di Papua.
“Sayangnya, para perwira Polri yang ditempatkan di Papua selalu merasa dibuang, akibatnya mereka cenderung prustrasi bertugas di daerah ini. Padahal dari orang-orang yang merasa prustrasi, kita tidak dapat berharap banyak bahwa mereka akan serius dalam menangani masalah yang ada, termasuk konflik dan terror

Referensi



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Element sentences & tenses in english

The differences between full block style, block style, and semi block style

Prekonomian Indonesia